Kecewa karena nilai, kecewa karena keluarga, kecewa karena diri sendiri, kecewa karena teman.
Beberapa hari ini saya sangat kecewa pada teman dekat saya.
Alasannya tak lain dan tak bukan adalah karena pilpres 2014 besok ini.
Saya tahu, orang - orang mengatakan kita harus bisa menerima pandangan orang yang berbeda dari kita. Tapi kalau sahabat saya sendiri seperti itu, saya merasa berat sekali untuk menerimanya.
Ia tinggal di lingkungan keberagaman, saya tahu itu. Ia memiliki keluarga yang tidak beragama sama degannya. Ia memiliki teman - teman dari berbagai etnis dan agama.
Oleh sebab itu saya sangat kecewa pada pilihannya. Bagaimana mungkin dia memilih seseorang yang telah menorehkan luka yang sangat dalam pada negeri ini di tahun 1998?
Bagaimana mungkin dia masih bisa membela orang tersebut dengan mengatakan beliau hanya menuruti perintah.
Apakah beliau menuruti perintah?
Saya hanya berharap teman saya dapat mencari informasi lebih banyak sebelum berbicara.
Tahukah dia bahwa kata - kata yang sudah diucapkan tidak akan dapat di tarik kembali?
Kasus penculikan 1998 belum selesai. Prabowo belum dinyatakan bersalah atau tidak bersalah oleh pengadilan karena pengadilan untuk kasus ini tidak kunjung dilakukan. Sejak 1998, 3 lembaga negara antara lain Dewan Kehormatan Perwira (DKP), Tim Ad Hoc Komnas HAM, dan Tim Gabungan Pencari Fakta, sudah melakukan penyelidikan dan menemukan keterlibatan Prabowo dalam kasus penculikan 1998 tersebut. Dalam penyelidikannya, tahun 2005-2006 Tim Ad Hoc Komnas HAM memanggil Prabowo untuk bersaksi, namun ia mangkir tak pernah memenuhi panggilan. Tahun 2006, dibantu DPR, Komnas HAM mengajukan pengadilan kasus ini ke Jaksa Agung. Namun hingga detik ini, pengadilan kasus ini belum juga disetujui. Jadi sekali lagi, belum ada pengadilan untuk kasus ini. Maka belum ada kejelasan hukum mengenai status Prabowo bersalah atau tidak bersalah. (Source: here)
Saya jujur sangat kecewa dengan keputusan teman saya tersebut. I thought she's better than this.
Ternyata dia juga bisa termakan dengan isu-isu isapan jempol yang di sebarkan untuk menurukan citra Pak Joko Widodo.
Ternyata dia munafik.
Saya kira dia peduli dengan keberagaman
Saya kira dia mengerti bagaimana rasanya harus malu terhadap warna kulit karena disangka bukan orang Indonesia
Saya kira dia mengerti bahwa orang - orang ingin bisa bebas beribadah tanpa rasa takut
Ternyata dia juga sama fanatiknya dengan orang - orang yang bisa dengan gampang disulut api kebencian yang mengatasnamakan agama.
Saya percaya dengan pernyataan bahwa 'orang baik akan menarik orang baik disekitarnya'
Sekarang saya tidak begitu yakin lagi dengan penilaian saya sendiri.
Dia mengatakan sebaiknya kita membicarakan tentang hal - hal baik dan bukannya menjelek-jelekkan calon lain yang tidak kita pilih.
Lah? Apa dirimu lupa mengatakan pada teman kita bahwa kamu tidak memilih Pak Jokowi karena engkau menganggap dia jahat?
Lalu mengapa aku tidak bisa beranggapan sama?
Tapi baiklah, kalau engkau menginginkan kebaikan, ini kebaikan:
Should I go on?
#salamduajari
No comments:
Post a Comment